Gadis Kecil dan Setangkai Bunga

GADIS KECIL DAN SETANGKAI BUNGA
12 Oktober 2011
oleh : Yayat Suyatna

Mungkin banyak teman2 yang sudah membaca buku "Gadis Kecil dan Setangkai Bunga" karangan dari seorang jurnalis Jepang yang tinggal di Amerika bernama Kobayashi (kalau tdk salah), buku tersebut termasuk buku favorit saya yang sering saya baca berulang kali, kadang terpaksa membeli lagi karena  ada yang meminjam. Bagi saya buku itu cukup menarik perhatian  jiwa pikiran dan naluri saya, sebuah buku yang menggambarkan romantika masa kecil penggarangnya ketika masih duduk di sekolah dasar salah satu daerah di Jepang pada masa Jepang sibuk berperang dgn sekutu tahun 1940 an.

Ketika membaca buku itu, sejujur-nya sy selalu hanyut terbawa ke masa itu, gambaran yg begitu detail menceritakan keadaan sekolah, sikap yang begitu santun dan bijak dari seorang kepala sekolah, dinamika yg indah dr karakter teman2 ny dan sikap sabar dan penyayang dari ibu-ny. Semua itu dirasakan dgn penuh makna oleh seorang gadis kecil yang selalu dibekali setiap hari oleh ibunya dgn setangkai bunga dan tidak ketinggalan makanan berupa roti dan sebotol air minum, dia berjalan kadang berlari kecil dari rumah menuju sekolah menapaki jalan waktu itu yg masih tanah yg kadang basah karena hujan. jarak yg cukup membuat dia sering berkeringat waktu sampe pintu gerbang sekolah yg begitu rindang, memasuki gerbang sekolah serasa memasuki alam baru karena gerbang tersebut dirimbuni oleh pepohonan yg merambat sampe menutupi bagian atas garbang sekolah, setiap berada di bawah gerbang tersebut dia selalu terdiam sejenak sambil tersenyum manis karena dia selalu merindukan untuk segera berada di sekolah ini. Jika masuki pelataran sekolah yg pertama kali dilakukan sebelum masuk ke ruang, maka dia menuju pekarangan sekolah lalu dia menancapkan bunga yg dia bawa dari rmh.

Gadis kecil itu sekarang menjadi seorang jurnalis surat kabar ternama di New York AS, bagi dia apa yg dia temukan di sekolah itu memberi kekuatan motivasi dan inspirasi kehidupannya. Apa yang dia rasakan dan diberikan oleh guru2, kepala sekolah, orang tua dan lingkungannya merupakan bentuk pendidikan yang terbaik sepanjang hidup dia dan mungkin  tidak akan pernah ditemukan di belahan dunia manapun, begitulah dia memberikan kesaksikan yang dia tulis dalam buku itu.

Tentu tidak bs dilukiskan secara utuh apa yg ada dlm buku itu hanya melalui tulisan pendek ini, ada hal lain yg masih sy ingat betul bagaimana sikap dan kata-kata kepala sekolah ketika melihat gadis itu bersama 2 temannya bermain di toilet (WC) saking asiknya sampai dinding tembok WC menjadi kotor, tentu bs dibayangkan betapan akan marah besar kepala sekolah klo melihat pemandangan itu, tapi apa yang terjadi, bagi sy sangat diluar dugaan, kepala sekolah itu hanya bilang "Kalo abis mainnya jangan lupa bersihkan kembali ya.." sambil berlalu, mendengar kata2 yg mereka rasakan sangat berwibawa itu, gadis dkk justru merasakan malu lalu membersihkan WC itu sampe bersih kembali..

Semoga ada manfaatnya..

dan bisa membaca kembali buku itu...

Previous
Next Post »
Thanks for your comment