Doa Seorang Guru




Doa Seorang Guru
20 Oktober 2012
Oleh : Yayat Suyatna
Tuhan, Engkau mengenal saya, saya seorang guru. Saya sendiri tidak tahu kenapa saya jadi guru. Tetapi saya cukup senang...Tentu saja Tuhan, pahitnya banyak : ada murid yang kurang ajar, orang tua yang cerewet, ada kepala sekolah yang sok majikan dan gaji yang paspasan... Namun itu semua jadi terlupakan jika dibanding dengan manisnya : murid yang lucu dan suka tersenyum, murid yang sopan, rajin dan cerdas, murid yang tulisannya rapi, orang tua yang bijak, dan kepala sekolah yang bersahabat... Apalagi melihat murid yang tumbuh dan berkembang, dulu takut dan ragu-ragu, kemudian menjadi percaya diri. Dulu malas, sekarang pekerja keras. Dulu bodoh, sekarang pandai. Dulu cuma memikirkan diri sendiri, sekarang suka menolong... Sungguh senang Tuhan, melihat mereka berubah.

Tuhan saya sering meneteskan air mata, melihat mantan murid menjadi orang yang berguna. Terharu rasanya, kalau ada mantan murid menyapa, wajahnya hampir lupa, tetapi ketika dia menyebut nama dan tahun kelas, saya ingat lagi murid-murid itu...Memang ada mantan murid yang buang muka, tapi itu cuma satu dua, kebanyakan menyapa dan bertanya, bercerita dan berbagi rasa, mengucapkan terimakasih dan bernostalgia... Dulu ia masih anak kemarin, sekarang sudah jadi orang berkedukan tinggi, dulu ia anak kecil, sekarang besar dan dewasa. Itu kepuasan seorang guru, itu kebanggaan saya.

Tuhan, melihat mereka tumbuh dan berubah, membuat saya tidak menyesal menjadi guru. Dulu ia pemalu dan duduk dibangku paling belakang, sekarang ia menjadi pengawai penting di kantor pemerintahan dan perusahaan ... Dulu ia nakal dan jarang ke mesjid, sekarang menjadi pengurus DKM... Dulu dia murid saya, saya bangga... Tetapi Tuhan, ajarlah saya, supaya saya jangan terlalu bangga, sbab saya hanya menabur, mencangkul dan menyuburkan lahan, mnyiram dan merawat, namun Engkaulah yang menumbuhkan. Ajarlah supaya saya pun tidak terpukau pada masa silam, melainkan juga memperhatikan masa kini.

Besok pagi saya akan mengajar, tolonglah saya membuat persiapan yang baik. Tolonglah saya bangun pagi sekali, supaya saya tiba di sekolah sebelum mereka. Besok pagi saya mengajar lagai, karuniakanlah saya badan yang kuat, pikiran yang segar, hati yang sabar, sikap yang bijak dan jiwa yang ikhlas. Supaya saya belajar menghargai setiap individu murid, blajar mendengar mereka, memanfaatkan masukan mereka, menerangkan dengan jelas dan mengajar dengan bermutu. Tuhan, Engkau tahu beberapa kali saya hampir berhenti, tergoda untuk berganti profesi. Kalau Engkau mau saya meneruskan semua ini, karuniakanlah saya hati yang tabah dan setia, supaya saya terus menjadu guru, sampai tuntaslah masa bakti ini, bakti kepadaMu ya Tuhan. Kalau nanti segala karyaku ini selesai, hanya satu yang saya minta, kiranya Engkau berkenan atas pekerjaanku. Kiranya Engkau menerima dengan baik apa yang kukerjakan. Biarlah ada orang lain yang meneruskannya, biarlah murid-muridku terus tumbuh.. Inilah hidupku bagiMu, ya Tuhan, hidup seorang guru... Hanya ini yang dapat ku berikan kepadaMu... Saya akan meninggalkan pekerjaan ini dengan syukur... Tuhan, tidak apa-apa kalau kelak tidak ada mantan muridku yang mengantarku ke peristirahatan terakhir. Yang penting bukan siapa yang mengantarkan, tetapi siapa yang menjemput, Engkau akan menjemput saya, bukan ? Engkau akan menjemput saya dengan senyuman, dengan pelukan yang terasa hangat, lalu Engkau berkata : " Mari, hai kamu yang Ku berkahi menjadi seorang guru, sebab ketika murid-murid belum bisa menulis dan membaca, kamu mengajarkannya. Ketika murid keliru, kamu menegurnya, ketika murid berprestasi kamu memujinya, kamu telah mendidik mereka. Hai, kami yang baik dan setia menjadi guru.. terimalah keberkahan dan kelapangan kehidupan di sini, Ku sediakan untukmu". Amien.

*ilustrasi image by google.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment